Senin, 19 Januari 2009

Sulit untuk Berbuat Baik (I)

Beberapa tahun silam, menjelang hari ulang tahun, saya berusaha mengumpulkan uang logam pecahan limaratur rupiah. Ketika hari ulang tahun tiba, saya ingin berbuat baik; memberikan sekeping uang logam kepada setiap pengemis atau pengamen yang minta uang di jendela kanan mobil, di samping pengemudi.

Ketika hari ulang tahun tiba, sebungkus uang logam sudah tersedia. Perjalanan dimulai, dari rumah di kawasan Tangerang menuju Jakarta. Di Jakarta, saya lebih banyak melewati jalan arteri, jalan non-tol. Dengan demikian saya harus bertemu dengan sejumlah lampu lalu lintas. Semakin banyak lampu lalu lintas yang dilewati, semakin besar peluang untuk berbuat baik.

Hampir seharian saya berputar, dari satu kawasan ke kawasan yang lain, dari satu daerah ke daerah yang lain. Ketika senja turun, saya belum merasa puas. Jalanan merayap memberikan peluang yang lebih besar. Dan ketika malam tiba, saya kembali ke rumah. Hari itu saya telah berniat untuk berbuat baik, walaupun kecil. Niat tersebut terbatas pada niat karena tidak satu keping pun uang logam yang berpindah tangan. NOL Besar.

Ketika tiba di sebuah persimpangan, lampu lalu lintas berwarna hijau. Saya harus menjalankan kendaraan. Atau pengemis tersebut tidak meminta ke sisi mobil saya; dia berhenti karena capai atau pindah pada barisan yang lain. Prinsipnya, ada salah yang dilakukan oleh pengemis dan pengamen di setiap persimpangan yang saya jumpai sehingga dia tidak mendekati pintu mobil saya.

Pengalaman ini memberikan pelajaran bagi saya; sulit untuk berbuat baik dalam kehidupan ini, walaupun perbuatan baik tersebut kelihatannya kecil. Kini saya selalu menyediakan uang logam dan memberikan kepada pengemis, anak jalanan, dan pengamen yang meminta.

Sekali waktu, tidak ada salahnya jika Anda mencoba untuk melakukan. Berapa keping uang logam yang berpindah tangan?

Mudah-mudahan Anda mempunyai kesempatan yang lebih banyak dalam berbuat baik.

Tidak ada komentar: