Jumat, 01 Mei 2009

Tujuan Bermeditasi

Untuk apa bermeditasi? Inilah pertanyaan umum, terutama bagi mereka yang belum mengetahui manfaat bermeditasi. Banyak orang yang beranggapan bahwa bermeditasi adalah sebuah kegiatan yang sia-sia. Melakukan meditasi hanya membuang-buang waktu, diam, tidak melakukan apa-apa, tidak ada manfaat.

Saya mempunyai seorang sahabat meditasi. Dia pernah ikut latihan meditasi. Istri dan anaknya juga pernah mengikuti pelatihan meditasi. Sayangnya, dia tidak bisa melakukan latihan meditasi secara optimal di rumah. Dia tidak pernah meluangkan waktunya –walaupun ada—untuk duduk bermeditasi.

Sang istri selalu marah-marah ketika dia duduk bermeditasi. Bukan hanya mengomel dengan kata-kata, namun juga menedang badannya. “Untuk apa meditasi, mau jadi dewa” demikian antara lain kalimat yang sering diucapkan istrinya. Bagi istrinya, lebih baik dia menggunakan waktunya untuk membantu kegiatan di rumah.

Barangkali Anda juga mempunyai pandangan yang hampir sama. Meditasi merupakan kegiatan sia-sia, membuang waktu saja, hanya duduk diam.

Tujuan Bermeditasi
Tujuan bermeditasi adalah untuk mempunyai kekuatan gaib. Inilah gambaran umum bagi mereka yang senang dengan ceritera mistik. Gambaran di film mistik selalu memang seperti itu. Seorang tua dengan rambut dan jangut beruban, duduk bermeditasi di dalam goa atau di sebuah pondok reot di tengah hutan, berkomat-kamit membaca doa atau mantra, dan akhirnya menunjukkan kesaktian atau kekuatan gaib.

Sebuah penggambaran yang keliru karena tujuan yang sebenarnya bukan untuk mendapatkan kesaktian atau kemampuan tertentu. Apalagi di zaman sekarang, teknologi telah menggantikan semua jenis kekuatan gaik. Dengan pesawat terbang kita bisa pergi ke berbagai balahan dunia. Dengan televisi satelit kita bisa melihat kejadian di berbagai belahan dunia. Dengan telepon genggam, kita bisa berbicara –termasuk bergosip—dengan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Tidak perlu bermeditasi untuk mencari kesaktian. Anda akan rugi waktu. Sebuah pekerjaan yang sia-sia.

Bagi umat Buddha, tujuan bermeditasi adalah untuk mencapai kebebasan yang abadi, nibbana. Secara tidak langsung, tujuan meditasi adalah menjadi Arahat; tingkat kesucian tertinggi dalam agama Buddha. Tidak ada kelahiran dan kematian lagi. Tidak ada di salah satu dari 31 alam kehidupan. Tidak ada samsara. Bebas untuk selama-lamanya. Kebebasan yang abadi.

Dari kaca mata agama, ini sebuah tujuan yang mulia. Sayangnya, tujuan ini sangat sulit dicapai dalam hidup ini, apalagi hanya dengan sekali latihan meditasi. Berapa banyak kekotoran batin yang kita miliki? Yang pasti, sangat banyak. Kita tidak pernah mengetahui dengan jelas.

Sebuah tujuan yang sangat bagus. Namun seorang guru meditasi memberikan saran, coba kita turunkan sedikit tujuan tersebut. Kalau kira-kira kita tidak bisa mencapai Arahat, cobalah bertujuan menjadi Anagami. Kalau tidak bisa, jadilah Sakadagami. Kalau juga merasa belum bisa, tempatkan tujuan Anda sebagai Sotapanna. Anda tidak perlu berkecil hati, menjadi Sotapanna sudah mendapatkan garansi di dalam alam kehidupan; maksimun tujuh kali kalahiran dan tidak akan pernah lahir di alam yang buruk.

Coba pertimbangkan, apakah bisa menjadi seorang Sotapanna dalam kehidupan ini? Jalannya penuh lika-liku. Oleh karena itu, sang guru memberikan alternative yang terendah; berlatih meditasi untuk mencapai jhana, penyatuan pikiran, konsentrasi penuh. Dia sendiri sudah tiba di sana dan dalam sebuah kesempatan dia pernah mengatakan akan terus berlatih agar bisa menjadi seorang sotapanna.

Mencapai tarap konsentrasi penuh juga bukan masalah mudah. Dalam sebuah pelatihan meditasi yang berlangsung beberapa bulan, saya melihat banyak peserta meditasi yang berlatih dengan serius namun tidak semuanya mendapatkan hasil yang diharapkan. Sebagian peserta merasa putus asa, stress, dan akhirnya melanggar tata tertib yang diberlakukan.

Janganlah berkecil hati kalau harapan Anda untuk mencapai penyatuan pikiran belum terwujud. Selain itu, jangan berhenti untuk berlatih meditasi. Masih banyak manfaat meditasi yang dapat diperoleh dalam hidup sehari-hari.

Meditasi akan memberikan ketenangan bagi pelakunya. Selain itu, meditasi akan membuat Anda dapat menerima kondisi kehidupan yang terjadi dengan tenang; tanpa kesombongan ketika jaya dan tanpa kesedihan yang berkepanjangan ketika ada masalah hidup. Meditasi akan membuat tidur Anda lebih nyenyak tanpa diganggu mimpi buruk; artinya Anda akan bangun dengan kondisi badan yang lebih segar, Anda tidak akan mempunyai masalah tidur.

Di dunia barat, meditasi telah dipergunakan sebagai pelengkap dalam proses penyembuhan. Sejumlah dokter telah melakukan penelitian tentang manfaat meditasi dalam kesehatan. Banyak kesembuhan terjadi, penyakit yang semakin ringan. Hidup Anda akan lebih sehat dan bahagia.

Semoga semua hidup berbahagia.

Tujuan Bermeditasi

Untuk apa bermeditasi? Inilah pertanyaan umum, terutama bagi mereka yang belum mengetahui manfaat bermeditasi. Banyak orang yang beranggapan bahwa bermeditasi adalah sebuah kegiatan yang sia-sia. Melakukan meditasi hanya membuang-buang waktu, diam, tidak melakukan apa-apa, tidak ada manfaat.

Saya mempunyai seorang sahabat meditasi. Dia pernah ikut latihan meditasi. Istri dan anaknya juga pernah mengikuti pelatihan meditasi. Sayangnya, dia tidak bisa melakukan latihan meditasi secara optimal di rumah. Dia tidak pernah meluangkan waktunya –walaupun ada—untuk duduk bermeditasi.

Sang istri selalu marah-marah ketika dia duduk bermeditasi. Bukan hanya mengomel dengan kata-kata, namun juga menedang badannya. “Untuk apa meditasi, mau jadi dewa” demikian antara lain kalimat yang sering diucapkan istrinya. Bagi istrinya, lebih baik dia menggunakan waktunya untuk membantu kegiatan di rumah.

Barangkali Anda juga mempunyai pandangan yang hampir sama. Meditasi merupakan kegiatan sia-sia, membuang waktu saja, hanya duduk diam.

Tujuan Bermeditasi
Tujuan bermeditasi adalah untuk mempunyai kekuatan gaib. Inilah gambaran umum bagi mereka yang senang dengan ceritera mistik. Gambaran di film mistik selalu memang seperti itu. Seorang tua dengan rambut dan jangut beruban, duduk bermeditasi di dalam goa atau di sebuah pondok reot di tengah hutan, berkomat-kamit membaca doa atau mantra, dan akhirnya menunjukkan kesaktian atau kekuatan gaib.

Sebuah penggambaran yang keliru karena tujuan yang sebenarnya bukan untuk mendapatkan kesaktian atau kemampuan tertentu. Apalagi di zaman sekarang, teknologi telah menggantikan semua jenis kekuatan gaik. Dengan pesawat terbang kita bisa pergi ke berbagai balahan dunia. Dengan televisi satelit kita bisa melihat kejadian di berbagai belahan dunia. Dengan telepon genggam, kita bisa berbicara –termasuk bergosip—dengan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Tidak perlu bermeditasi untuk mencari kesaktian. Anda akan rugi waktu. Sebuah pekerjaan yang sia-sia.

Bagi umat Buddha, tujuan bermeditasi adalah untuk mencapai kebebasan yang abadi, nibbana. Secara tidak langsung, tujuan meditasi adalah menjadi Arahat; tingkat kesucian tertinggi dalam agama Buddha. Tidak ada kelahiran dan kematian lagi. Tidak ada di salah satu dari 31 alam kehidupan. Tidak ada samsara. Bebas untuk selama-lamanya. Kebebasan yang abadi.

Dari kaca mata agama, ini sebuah tujuan yang mulia. Sayangnya, tujuan ini sangat sulit dicapai dalam hidup ini, apalagi hanya dengan sekali latihan meditasi. Berapa banyak kekotoran batin yang kita miliki? Yang pasti, sangat banyak. Kita tidak pernah mengetahui dengan jelas.

Sebuah tujuan yang sangat bagus. Namun seorang guru meditasi memberikan saran, coba kita turunkan sedikit tujuan tersebut. Kalau kira-kira kita tidak bisa mencapai Arahat, cobalah bertujuan menjadi Anagami. Kalau tidak bisa, jadilah Sakadagami. Kalau juga merasa belum bisa, tempatkan tujuan Anda sebagai Sotapanna. Anda tidak perlu berkecil hati, menjadi Sotapanna sudah mendapatkan garansi di dalam alam kehidupan; maksimun tujuh kali kalahiran dan tidak akan pernah lahir di alam yang buruk.

Coba pertimbangkan, apakah bisa menjadi seorang Sotapanna dalam kehidupan ini? Jalannya penuh lika-liku. Oleh karena itu, sang guru memberikan alternative yang terendah; berlatih meditasi untuk mencapai jhana, penyatuan pikiran, konsentrasi penuh. Dia sendiri sudah tiba di sana dan dalam sebuah kesempatan dia pernah mengatakan akan terus berlatih agar bisa menjadi seorang sotapanna.

Mencapai tarap konsentrasi penuh juga bukan masalah mudah. Dalam sebuah pelatihan meditasi yang berlangsung beberapa bulan, saya melihat banyak peserta meditasi yang berlatih dengan serius namun tidak semuanya mendapatkan hasil yang diharapkan. Sebagian peserta merasa putus asa, stress, dan akhirnya melanggar tata tertib yang diberlakukan.

Janganlah berkecil hati kalau harapan Anda untuk mencapai penyatuan pikiran belum terwujud. Selain itu, jangan berhenti untuk berlatih meditasi. Masih banyak manfaat meditasi yang dapat diperoleh dalam hidup sehari-hari.

Meditasi akan memberikan ketenangan bagi pelakunya. Selain itu, meditasi akan membuat Anda dapat menerima kondisi kehidupan yang terjadi dengan tenang; tanpa kesombongan ketika jaya dan tanpa kesedihan yang berkepanjangan ketika ada masalah hidup. Meditasi akan membuat tidur Anda lebih nyenyak tanpa diganggu mimpi buruk; artinya Anda akan bangun dengan kondisi badan yang lebih segar, Anda tidak akan mempunyai masalah tidur.

Di dunia barat, meditasi telah dipergunakan sebagai pelengkap dalam proses penyembuhan. Sejumlah dokter telah melakukan penelitian tentang manfaat meditasi dalam kesehatan. Banyak kesembuhan terjadi, penyakit yang semakin ringan. Hidup Anda akan lebih sehat dan bahagia.

Semoga semua hidup berbahagia.

Tujuan Bermeditasi

Untuk apa bermeditasi? Inilah pertanyaan umum, terutama bagi mereka yang belum mengetahui manfaat bermeditasi. Banyak orang yang beranggapan bahwa bermeditasi adalah sebuah kegiatan yang sia-sia. Melakukan meditasi hanya membuang-buang waktu, diam, tidak melakukan apa-apa, tidak ada manfaat.

Saya mempunyai seorang sahabat meditasi. Dia pernah ikut latihan meditasi. Istri dan anaknya juga pernah mengikuti pelatihan meditasi. Sayangnya, dia tidak bisa melakukan latihan meditasi secara optimal di rumah. Dia tidak pernah meluangkan waktunya –walaupun ada—untuk duduk bermeditasi.

Sang istri selalu marah-marah ketika dia duduk bermeditasi. Bukan hanya mengomel dengan kata-kata, namun juga menedang badannya. “Untuk apa meditasi, mau jadi dewa” demikian antara lain kalimat yang sering diucapkan istrinya. Bagi istrinya, lebih baik dia menggunakan waktunya untuk membantu kegiatan di rumah.

Barangkali Anda juga mempunyai pandangan yang hampir sama. Meditasi merupakan kegiatan sia-sia, membuang waktu saja, hanya duduk diam.

Tujuan Bermeditasi
Tujuan bermeditasi adalah untuk mempunyai kekuatan gaib. Inilah gambaran umum bagi mereka yang senang dengan ceritera mistik. Gambaran di film mistik selalu memang seperti itu. Seorang tua dengan rambut dan jangut beruban, duduk bermeditasi di dalam goa atau di sebuah pondok reot di tengah hutan, berkomat-kamit membaca doa atau mantra, dan akhirnya menunjukkan kesaktian atau kekuatan gaib.

Sebuah penggambaran yang keliru karena tujuan yang sebenarnya bukan untuk mendapatkan kesaktian atau kemampuan tertentu. Apalagi di zaman sekarang, teknologi telah menggantikan semua jenis kekuatan gaik. Dengan pesawat terbang kita bisa pergi ke berbagai balahan dunia. Dengan televisi satelit kita bisa melihat kejadian di berbagai belahan dunia. Dengan telepon genggam, kita bisa berbicara –termasuk bergosip—dengan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Tidak perlu bermeditasi untuk mencari kesaktian. Anda akan rugi waktu. Sebuah pekerjaan yang sia-sia.

Bagi umat Buddha, tujuan bermeditasi adalah untuk mencapai kebebasan yang abadi, nibbana. Secara tidak langsung, tujuan meditasi adalah menjadi Arahat; tingkat kesucian tertinggi dalam agama Buddha. Tidak ada kelahiran dan kematian lagi. Tidak ada di salah satu dari 31 alam kehidupan. Tidak ada samsara. Bebas untuk selama-lamanya. Kebebasan yang abadi.

Dari kaca mata agama, ini sebuah tujuan yang mulia. Sayangnya, tujuan ini sangat sulit dicapai dalam hidup ini, apalagi hanya dengan sekali latihan meditasi. Berapa banyak kekotoran batin yang kita miliki? Yang pasti, sangat banyak. Kita tidak pernah mengetahui dengan jelas.

Sebuah tujuan yang sangat bagus. Namun seorang guru meditasi memberikan saran, coba kita turunkan sedikit tujuan tersebut. Kalau kira-kira kita tidak bisa mencapai Arahat, cobalah bertujuan menjadi Anagami. Kalau tidak bisa, jadilah Sakadagami. Kalau juga merasa belum bisa, tempatkan tujuan Anda sebagai Sotapanna. Anda tidak perlu berkecil hati, menjadi Sotapanna sudah mendapatkan garansi di dalam alam kehidupan; maksimun tujuh kali kalahiran dan tidak akan pernah lahir di alam yang buruk.

Coba pertimbangkan, apakah bisa menjadi seorang Sotapanna dalam kehidupan ini? Jalannya penuh lika-liku. Oleh karena itu, sang guru memberikan alternative yang terendah; berlatih meditasi untuk mencapai jhana, penyatuan pikiran, konsentrasi penuh. Dia sendiri sudah tiba di sana dan dalam sebuah kesempatan dia pernah mengatakan akan terus berlatih agar bisa menjadi seorang sotapanna.

Mencapai tarap konsentrasi penuh juga bukan masalah mudah. Dalam sebuah pelatihan meditasi yang berlangsung beberapa bulan, saya melihat banyak peserta meditasi yang berlatih dengan serius namun tidak semuanya mendapatkan hasil yang diharapkan. Sebagian peserta merasa putus asa, stress, dan akhirnya melanggar tata tertib yang diberlakukan.

Janganlah berkecil hati kalau harapan Anda untuk mencapai penyatuan pikiran belum terwujud. Selain itu, jangan berhenti untuk berlatih meditasi. Masih banyak manfaat meditasi yang dapat diperoleh dalam hidup sehari-hari.

Meditasi akan memberikan ketenangan bagi pelakunya. Selain itu, meditasi akan membuat Anda dapat menerima kondisi kehidupan yang terjadi dengan tenang; tanpa kesombongan ketika jaya dan tanpa kesedihan yang berkepanjangan ketika ada masalah hidup. Meditasi akan membuat tidur Anda lebih nyenyak tanpa diganggu mimpi buruk; artinya Anda akan bangun dengan kondisi badan yang lebih segar, Anda tidak akan mempunyai masalah tidur.

Di dunia barat, meditasi telah dipergunakan sebagai pelengkap dalam proses penyembuhan. Sejumlah dokter telah melakukan penelitian tentang manfaat meditasi dalam kesehatan. Banyak kesembuhan terjadi, penyakit yang semakin ringan. Hidup Anda akan lebih sehat dan bahagia.

Semoga semua hidup berbahagia.

Tujuan Bermeditasi

Untuk apa bermeditasi? Inilah pertanyaan umum, terutama bagi mereka yang belum mengetahui manfaat bermeditasi. Banyak orang yang beranggapan bahwa bermeditasi adalah sebuah kegiatan yang sia-sia. Melakukan meditasi hanya membuang-buang waktu, diam, tidak melakukan apa-apa, tidak ada manfaat.

Saya mempunyai seorang sahabat meditasi. Dia pernah ikut latihan meditasi. Istri dan anaknya juga pernah mengikuti pelatihan meditasi. Sayangnya, dia tidak bisa melakukan latihan meditasi secara optimal di rumah. Dia tidak pernah meluangkan waktunya –walaupun ada—untuk duduk bermeditasi.

Sang istri selalu marah-marah ketika dia duduk bermeditasi. Bukan hanya mengomel dengan kata-kata, namun juga menedang badannya. “Untuk apa meditasi, mau jadi dewa” demikian antara lain kalimat yang sering diucapkan istrinya. Bagi istrinya, lebih baik dia menggunakan waktunya untuk membantu kegiatan di rumah.

Barangkali Anda juga mempunyai pandangan yang hampir sama. Meditasi merupakan kegiatan sia-sia, membuang waktu saja, hanya duduk diam.

Tujuan Bermeditasi
Tujuan bermeditasi adalah untuk mempunyai kekuatan gaib. Inilah gambaran umum bagi mereka yang senang dengan ceritera mistik. Gambaran di film mistik selalu memang seperti itu. Seorang tua dengan rambut dan jangut beruban, duduk bermeditasi di dalam goa atau di sebuah pondok reot di tengah hutan, berkomat-kamit membaca doa atau mantra, dan akhirnya menunjukkan kesaktian atau kekuatan gaib.

Sebuah penggambaran yang keliru karena tujuan yang sebenarnya bukan untuk mendapatkan kesaktian atau kemampuan tertentu. Apalagi di zaman sekarang, teknologi telah menggantikan semua jenis kekuatan gaik. Dengan pesawat terbang kita bisa pergi ke berbagai balahan dunia. Dengan televisi satelit kita bisa melihat kejadian di berbagai belahan dunia. Dengan telepon genggam, kita bisa berbicara –termasuk bergosip—dengan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Tidak perlu bermeditasi untuk mencari kesaktian. Anda akan rugi waktu. Sebuah pekerjaan yang sia-sia.

Bagi umat Buddha, tujuan bermeditasi adalah untuk mencapai kebebasan yang abadi, nibbana. Secara tidak langsung, tujuan meditasi adalah menjadi Arahat; tingkat kesucian tertinggi dalam agama Buddha. Tidak ada kelahiran dan kematian lagi. Tidak ada di salah satu dari 31 alam kehidupan. Tidak ada samsara. Bebas untuk selama-lamanya. Kebebasan yang abadi.

Dari kaca mata agama, ini sebuah tujuan yang mulia. Sayangnya, tujuan ini sangat sulit dicapai dalam hidup ini, apalagi hanya dengan sekali latihan meditasi. Berapa banyak kekotoran batin yang kita miliki? Yang pasti, sangat banyak. Kita tidak pernah mengetahui dengan jelas.

Sebuah tujuan yang sangat bagus. Namun seorang guru meditasi memberikan saran, coba kita turunkan sedikit tujuan tersebut. Kalau kira-kira kita tidak bisa mencapai Arahat, cobalah bertujuan menjadi Anagami. Kalau tidak bisa, jadilah Sakadagami. Kalau juga merasa belum bisa, tempatkan tujuan Anda sebagai Sotapanna. Anda tidak perlu berkecil hati, menjadi Sotapanna sudah mendapatkan garansi di dalam alam kehidupan; maksimun tujuh kali kalahiran dan tidak akan pernah lahir di alam yang buruk.

Coba pertimbangkan, apakah bisa menjadi seorang Sotapanna dalam kehidupan ini? Jalannya penuh lika-liku. Oleh karena itu, sang guru memberikan alternative yang terendah; berlatih meditasi untuk mencapai jhana, penyatuan pikiran, konsentrasi penuh. Dia sendiri sudah tiba di sana dan dalam sebuah kesempatan dia pernah mengatakan akan terus berlatih agar bisa menjadi seorang sotapanna.

Mencapai tarap konsentrasi penuh juga bukan masalah mudah. Dalam sebuah pelatihan meditasi yang berlangsung beberapa bulan, saya melihat banyak peserta meditasi yang berlatih dengan serius namun tidak semuanya mendapatkan hasil yang diharapkan. Sebagian peserta merasa putus asa, stress, dan akhirnya melanggar tata tertib yang diberlakukan.

Janganlah berkecil hati kalau harapan Anda untuk mencapai penyatuan pikiran belum terwujud. Selain itu, jangan berhenti untuk berlatih meditasi. Masih banyak manfaat meditasi yang dapat diperoleh dalam hidup sehari-hari.

Meditasi akan memberikan ketenangan bagi pelakunya. Selain itu, meditasi akan membuat Anda dapat menerima kondisi kehidupan yang terjadi dengan tenang; tanpa kesombongan ketika jaya dan tanpa kesedihan yang berkepanjangan ketika ada masalah hidup. Meditasi akan membuat tidur Anda lebih nyenyak tanpa diganggu mimpi buruk; artinya Anda akan bangun dengan kondisi badan yang lebih segar, Anda tidak akan mempunyai masalah tidur.

Di dunia barat, meditasi telah dipergunakan sebagai pelengkap dalam proses penyembuhan. Sejumlah dokter telah melakukan penelitian tentang manfaat meditasi dalam kesehatan. Banyak kesembuhan terjadi, penyakit yang semakin ringan. Hidup Anda akan lebih sehat dan bahagia.

Semoga semua hidup berbahagia.

Rabu, 11 Februari 2009

Meditasi Dengkul

Banyak umat Buddha yang mengetahui bahwa meditasi sangat bermanfaat dalam kehidupan ini. Namun banyak orang yang enggan berlatih meditasi. Salah satu alasan karena merasa tidak nyaman ketika duduk bermeditasi. Ada rasa sakit yang muncul pada kaki seperti kesemutan, pegal, ngilu, dan sebagainya.

Kepada para pemula, saya sering menyampaikan bahwa langkah awal dari pelatihan meditasi adalah “meditasi dengkul”. Banyak orang yang merasa tersinggung dengan pernyataan ini. Barangkali Anda salah satunya. Namun sejujurnya saya sampaikan, inilah kenyataan yang sebenarnya. Jadi, maaf, bila Anda merasa tersinggung.

Beberapa tahun silam, dalam sebuah pelatihan meditasi yang saya ikuti; peserta diharuskan duduk selama satu jam hingga satu setengah jam. Sebuah perjuangan yang sangat berat bagi pemula. Dalam jangka waktu tersebut; entah berapa orang yang telah memindahkan kaki, baik perlahan-lahan maupun secara tiba-tiba. Saya sering mendengar suara kaki digeser.

Seorang kawan yang mengikuti sebuah latihan meditasi selama sepuluh hari pada bulan Desember lalu, menceriterakan kisah yang serupa. Dia sendiri bertahan karena telah pernah mengikuti sejumlah pelatihan meditasi dan sering berlatih di rumah.

Akhirnya, urusan kaki menjadi urusan sudah terbiasa duduk atau tidak. Jika Anda tidak pernah duduk bersila, Anda pasti akan merasa tidak nyaman. Kaki yang dilipat dan duduk dalam jangka waktu yang agak lama akan menimbulkan rasa sakit. Dan ketika rasa sakit muncul pada kaki—atau pada bagian badan lainnya—pikiran tidak bisa terkonsentrasi lagi. Pikiran akan kacau. Anda lebih mudah memikirkan rasa tidak nyaman yang muncul daripada mengarahkan pikiran pada obyek meditasi.

Jelas, bahwa langkah awal dari semuanya adalah membuat badan ini merasa tenang. Kaki dibuat sedemikian rupa agar tidak sakit, tidak kesemutan, atau tidak menimbulkan rasa tidak menyenangkan lainnya. Kita perlu latihan dengkul agar bisa duduk dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa terganggu dengan rasa sakit yang muncul.

Saya sering menyarankan peserta pemula untuk mencoba duduk bersila dalam melakukan aktivitas tertentu. Cobalah untuk duduk bersila di lantai ketika menonton televisi, membaca, atau ketika bermain dengan anak-anak. Ngobrol dengan tetangga di teras rumah atau pos kamling akan lebih asyik sambil duduk bersila. Bersila juga bisa dilakukan di beberapa rumah makan ala Sunda. Dalam kondisi apa pun, bila memungkinkan, tidak ada salahnya untuk duduk bersila.

Kebiasaan ini akan membuat Anda memiliki daya tahan ketika harus duduk bermeditasi. Anda bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu. Dengan latihan yang tekun, perlahan namun pasti, gangguan tersebut pasti akan teratasi.

Anda juga bisa berlatih meditasi dalam jangka waktu tertentu dan ditingkatkan sedikit demi sedikit. Cobalah untuk duduk limabelas menit pada hari ini. Hari demi hari ditingkatkan jangka waktunya hingga dalam jangka waktu satu minggu, Anda bisa duduk tigapuluh menit tanpa memindahkan kaki atau berhenti bermeditasi Cobalah terus berlatih selama tiga puluh menit untuk setiap kali duduk jangka waktu beberapa minggu.

Dalam langkah awal, yang dibutuhkan hanyalah kesabaran dan ketekunan berlatih. Jangan pernah menyerah. Sampai sekarang saya belum pernah mendengar ada orang yang duduk bermeditasi dalam jangka waktu lama hingga menjadi lumpuh.

Kalau Anda mau mencoba, tekun, dan sabar dalam berlatih; Anda pasti bisa.

Selamat mencoba.